Sabtu, 24 November 2012

Payung Teduh - Dunia Batas (2012)



Payung Teduh - Dunia Batas (2012)

1. Berdua Saja
2. Menuju Senja
3. Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan
4. Rahasia
5. Angin Pujaan Hujan
6. Di Ujung Malam
7. Resah
8. Biarkan



Payung, selalu mampu melindungi tanpa membatasi. Di hari panas ia menaungi, di hari dingin ia melingkupi. Sedangkan teduh, bila ditempatkan dalam konteks musik, tentulah bersimbiosis lengkap dengan suasana nyaman dan menyenangkan. Jadi, bila ada sebuah band bernama Payung Teduh, pastilah bisa ditebak, seperti apa musiknya?

Dan ternyata dugaan saya (sama sekali) tidak salah. Dengan aransemen akustik minimalis, dipadu ornamen pop-folk-keroncong-bossanova, kuartet cerdas Mohammad Istiqamah Djamad, Comi Aziz Kariko, Iwan Penwyn dan Alejandro Saksakame mampu mementaskan sebuah album dengan nuansa sangat Indonesia, Dunia Batas.

Coba tengok petikan kata dalam lagunya, begitu puitis dengan metafora nan manis. Suasananya pun diramu romantis dengan alunan musik nan lembut dan melankolis. Setiap nada mengalir indah, tak bosan didengar kali berkali.

Berdua Saja hadir begitu santun dalam balutan musik melayu. Tembang pop-folk Untuk Perempuan di Pelukan tampil damai dalam petikan gitar melodius. Menuju Senja, kendati dibuka dengan musik lebih menghentak, mampu memberikan suasana sendu dengan nukilan-nukilan langut dalam liriknya. Resah pun datang dengan lembut, laras iramanya benar-benar menerjemahkan dengan baik, lansekap suasana dalam baitnya. Angin Pujaan Hujan dan Biarkan terbingkai cantik dalam diksi puitis dan nada-nada harmonis. Di Ujung Malam, lagu dengan hanya lima baris lirik, tampil berbeda dengan membenamkan sedikit unsur keroncong dan menukarnya dengan irama musik Spanyol.

Pada sampul albumnya, kita dapat melihat sebuah pohon hampir tumbang karena ditiup angin dan hujan. Barangkali begitulah musik Indonesia. Kendati diterpa panas dan dingin, selama masih dapat menjaga akarnya tetap hangat di dalam tanah, ia pasti baik-baik saja.

Sesederhana pohon di musim panen, ketika kunang-kunang berkelindan menjadi busana malam, begitulah musik semestinya memeluk kita, dengan hangatnya.

24 November 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Facebook

_